Sabtu, 24 Mei 2008

Abu Abu Yang Rapuh

Kipas angin tua berputar perlahan, deritnya menyatu dengan dingin malam. Sudah beberapa hari ini, aku memilih hidup bersama derit kipas angin tua di dalam kamar kos, dan sudah berpuluh sketsa dihasilkan selama itu. Menggariskan ingatan tentang dunia yang hilang. merangkai genggaman tangan saat menyusuri bukit di belakang rumah, atau memandang camar yang kehilangan arah nun jauh di ujung cakrawala. Sudah lama sekali krisan...Ribuan detik memang tidak terbuang percuma, ingatan itu terus mengendap dan mengeras, membatu bersama mimpi saat pertama kali kita berjanji. Di hadapan dinding biru ruang kuliah, kutancapkan kata "tunggu !" di keningmu. Tahun depan aku akan kembali, membawa serta mimpi yang kau tanam jauh di dalam hatiku, dan selalu kau sirami dengan derai air mata. Mimpi yang tumbuh subur di antara kesedihanmu. Aku hanya abu-abu yang rapuh.......

1 komentar:

Anonim mengatakan...

...
...
abu-abu yang rapuh?
...
...
kenapa harus abu-abu?