Rabu, 07 Mei 2008

Mungkin jalanku salah, saat mencoba mengurai arah pelangi di ujung awan kelabu. Tiba-tiba dingin membekukan tulang. Di cermin hanya terlihat wajah pucat pasi. aku memandang bayangan, yang kucoba terka bentuknya. bukan aku ternyata. tangannya bergerak seolah menyapa. "Kenapa kau selalu berikan aku titik saat aku butuh penjelasan dengan panjang lebar, kenapa tidak koma.." kemudiam bayangan itu menyeruak keluar dari cermin dan menuding ke arahku. "Kau yang membiarkanku membusuk di dalam cermin, sementara kau sibuk menyusuri rel waktumu, dan kau biarkan aku menunggu, menunggu waktu seperti saat pertama kali kau mewarnai tubuhku .... dengan tintamu"
Aku terjerembab, kemudian gelap, dan aku menemukan tubuhku diatas bukit mimpi yang sebelumnya ada di dalam buku sketsaku...aku melihat dirimu berlari, menyusuri setapak kecil warna biru, dan aku kini merindu...bayangan setia yang kerap menemaniku bersepeda.....

2 komentar:

arif "slam" nugroho mengatakan...

tak kusangka,... rupanya selain memiliki senyum yang melenakan,.. senyum yang menjadi senjata ampuh untuh melumerkan hati dan perasaan mereka para perempuan,..
bahana juga semlohai saat meracik kata-kata...

Hati-hati bah,... jangan kau jual terlalu murah mulut madumu kepada siapa saja... hakhak..

andhinhz mengatakan...

hm...
masih tentang momen bersepeda ya...