Selasa, 24 Juni 2008

24 Jam Yang Lalu

Dan aku memang tidak sedang membacakan dongeng, seperti dulu pada masa kecil saat nenek membacakan dongeng sebelum aku tidur. Semua tokoh dalam cerita tersebut begitu nyata, dan semua bergerak memantul di kaca mata nenek. ya, dan aku akan menertawakan saat sebuah pohon besar akhirnya kembali menimpa sang buaya pada cerita Si Kancil. Dan kini di bawah terik matahari, aku sibuk menulis cerita. dengan ranting menuliskannya di atas daun kering. Sampai kapanpun aku tak tahu...dan kau, memutuskan sambungan telpon saat aku menceritakannya. Ini mungkin kisah nyata dan akan menjadi nafas legenda pribadi. seperti saat santiago begitu yakin terhadap lautan pasir gurun yang akan memberikan arah pada akhir mimpinya, juga menemukan kembali potongan tulang rusuknya yang hilang dan bersembunyi di sumur-sumur osis dan desah nafas yang tersangkut di ranting ratusan pohon kurma. Namanya Fatima......dan kita memang tidak hidup di lembar-lembar kertas, dan mengaburkan diri kita bersama jutaan huruf, tanda baca, dan angka yang membentuk sebuah cerita yang diinginkan. Pernahkah kau sadar 24 jam yang lalu aku terus memandangi wajah bulan dan mencoba menebak bahwa kau juga sedang melakukannya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ehm...ehm...ehm...lagi marahan ni yeee. dengan bulan? dengan bintang? ato dengan jarum jam yang terus berdetak mengitari 24 jam hingga tenaganya habis? ato dengan sewujud manusia yang ada di ujung sana ;)

franciska anis mengatakan...

ceritanya dipanjangin tu bang...
pasti lebih oke:)
Link me yah!
franciskanyis.blogspot.com