Senin, 17 Maret 2008

Wajah Suara

Entah kenapa saat lautan gelap membunuh jutaan pedar lampu. dan semua bayang sirna. Setitik suara membangkitkan semangat yang hampir karam oleh malam. Di ujung waktu ditemani detik jam yang terbuang bayangan dirimu yang terserak, mulai terangkai. Dan sepanjang dua tahun inilah. Aku mulai melihat kau tersenyum.
Sejalan waktu, pernah diceritakan dalam roman picisan saat seorang buta begitu mempercayai kekasih terkasih hanya dengan suaranya, sehingga saat dia diberi kesempatan untuk pulih, ia menampiknya. Karena ia merasa kesetian suara yang selama ini milik kekasihnya yang membuat dirinya ada saat menjalani kehidupan tanpa cahaya. Ia takut kesetiaan itu hilang dengan warna. Ia takut kecintaan itu sirna oleh kecantikan. dan ia hanya mencintai suara melebihi yang lainnya.....
Lalu suara hadir selama sepi. Lalu suara hadir saat dinding kamar semakin tinggi menjulang. Dan aku merasakan kau seolah ada di balik dinding. Selama ini. Dan aku begitu mempercayai. Hingga suara itu hilang dan juga dirimu. walau dinding itu hancur. dan ruangan yang sebelumnya terpisah kini menjadi satu. dan tidak ada suara yang kukenal juga dirimu. Saat itu kutahu bahwa suara juga bisa menipu. Seolah ada karena gema, entah di bumi mana ia berada. Dan saat gelap datang, suara itu hilang, aku hanya melihat seekor kunang-kunang di ujung lapang di balik jendela.
Dan aku harus belajar mempercayai lainnya dari suara.

Tidak ada komentar: