Kamis, 04 Desember 2008

Krisan

Awal Desember, saat anak-anak hujan rajin sambangi pucuk-pucuk bukit. Aku meningglkan krisan ku. Tak ada lagi yang harus diperbuat. Kehidupan memang harus berubah dan terus berputar. Bumi menjadi basah, dan semua orang berlindung di dalam bilik-bilik bambu di sepanjang jalan. Aku terus memacu sepeda tuaku...saat kutatap wajahnya untuk terkhir kali, aku tidak melihat senyum manisnya yang selalu mengantarkanku pergi dan menemaniku saat akan kembalike hutan mimpi untuk berburu harapan. Hanya seringai...."Biarlah..." kehidupan memang tidak selamanya menjual mimpi, terkadang dia memberikan kenyataan yang pahit, seringai yang lelap tidur dipelupuk mataku, tak kuasa mengusir, walau tidak bisa menumpahkan air mata-ku, dan kini aku berada di ladang krisan..ribuan krisan.....

2 komentar:

Lawni Tenisa mengatakan...

wah, pewarta foto kita ini memang romantis sekali. saya tunggu karya2 foto romantis di koran ya :D

sugieh mengatakan...

kau dan krisan...apakah menjadi kisah yang sebenarnya telah bisa ditebak di awal-tengah-akhir perjalanan?